Potret Kantor Camat Gresik, Jawa Timur, sekitar tahun 1924
Foto lawas ini mengajak kita menyusuri waktu ke tahun 1924, di Gresik, Jawa Timur, masa ketika pemerintahan lokal mulai menata dirinya di tengah sistem kolonial Hindia Belanda. Terlihat sebuah bangunan sederhana—kantor camat—yang berdiri bersahaja dengan dinding anyaman bambu, atap dari daun kelapa kering serta genteng tanah liat. Meski tampak sederhana, bangunan ini memiliki peran besar dalam urusan administrasi dan pelayanan masyarakat setempat.
Lima pria berdiri di depan bangunan tersebut, mengenakan pakaian resmi dan tradisional Jawa. Mereka bukan semata-mata figuran dalam foto, melainkan barangkali tokoh-tokoh lokal penting: pegawai distrik, pamong desa, atau pejabat administratif yang kala itu menjadi pilar utama pemerintahan di tingkat bawah. Posisi berdiri yang tegap dan serius menunjukkan suasana resmi, menandakan bahwa pelayanan publik saat itu merupakan amanah yang penuh tanggung jawab.
Walau bangunannya jauh dari kemegahan, tempat ini menjadi pusat denyut birokrasi lokal: mulai dari pencatatan surat-surat penting, urusan pertanahan, hingga penghubung masyarakat dengan pemerintahan kolonial. Kantor camat menjadi simbol hadirnya negara, tempat di mana kebijakan lokal dirumuskan dan dijalankan.
Foto ini menggambarkan dengan kuat bahwa semangat pelayanan tidak bergantung pada megahnya fasilitas. Justru dari ruang-ruang kecil seperti ini, sistem pemerintahan rakyat dibangun. Warisan nilai kesederhanaan dan dedikasi inilah yang menjadi fondasi penting dalam perkembangan pemerintahan lokal di Indonesia masa kini.
Sebuah potret, segudang cerita. Dari sinilah, pelayanan kepada rakyat Gresik mulai dijalankan dengan niat, kerja keras, dan ketulusan.